2 Oktober 2016

Bentuk-bentuk Metode Dakwah

Standard
Inotions Dalam rangka dakwah islamiyyah agar masyarakat dapat menerima dakwah dengan lapang dada, tulus, dan ikhlas maka penyampaian dakwah harus melihat situasi dan kondisi masyarakat objek dakwah. Kalau tidak, maka dakwah tidak dapat berhasil dan tidak tepat guna. Disini diperlukan metode yang efektif dan efisien untuk diterapkan dalam tugas dakwah.

1.      Metode dakwah dalam al-quran
Sesuai dengan quran surat an-nahl ayat 125 yang kurang lebih artinya sebagai berikut selurah manusia ke jalan tuhanmu, dengan cara hikmah, pelajaran yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Dari ayat tersebut ada tiga bentuk metode dakwah yaitu metode hikmah, mauidzoh hasanah dan mujadalah.
1.1.  Dakwah dengan menggunakan metode hikmah
Kata hikmah berasal dari bahasa arab hakama yahkumu hukman yang diartikan secara makna aslinya adalah mencegah. Jika dikaitkan dengan kegiatan dakwah, hikmah dapat diartikan menghndari hal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugas dakwah. Kata hikmah seringkali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwahkan atas kemaunnya sendiri, tidak merasa ada paksaan , konflik, maupun rasa tertekan.
Menurut syaikh Nawawi Albantani, dalam tafsir al-Munir bahwa Alhikmah adalah Al-hujjah Al-qoth’iyyah Al-mufidah li Al-‘aqaid Al-yaqiniyyah (hikmah adalah dalil-dalil (argumentasi) yang qath’I dan berfaedah bagi kaidah-kaidah keyakinan).
Hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilaksanakan atas dasar persuasive. Karena dakwah bertumpu pada human oriented maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis, agar fungsi dakwah yang utama (bersifat informatif) sebagaimana ketentuan al-quran surat al-ghasiyyah ayat 21-22 yang artinya  bahwasanya engkau ituadalah yang member peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka.
Menurut Sa’id bin Ali bin Wakif Al-Qhattani, bahwa al-hikmah mempunyai arti sebagai berikut:
a.      Menurut etimologi (bahasa)
Æ      Adil, ilmu, sabar, kenabian, Al-Quran dan injil
Æ      Memperbaiki dan terhindar dari kerusakan
Æ      Ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama
Æ      Objek kebenaran (al haq) yang didapat melalui ilmu dan akal
Æ      Pengetahuan atau ma’rifat

b.      Menurut terminology (istilah)
Para ulama’ berbeda penafsiran mengenai kata al-hikmah, baik yang ada dalam al-quran maupun sunnah, antara lain:
Æ      Valid (tepat) dalam perkataan dan perbuatan
Æ      Mengetahui yang benar dan mengamalkannya (ilmu dan amal)
Æ      Wara’ dalam din (agama) Allah
Æ      Meletakkan sesuatu pada tempatnya
Æ      Menjawab dengan tegas dan tepat dan seterusnya.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa hikmah mengajak manusia menuju jalan Allah tidak terbatas pada perkataan lembut, member semangat, sabar, ramah, dan lapang dada, tetapi juga tidak melakukan sesuatu melebihi ukurannya. Dengan kata lain yang harus menempatkan sesuatu pada tempatnya.
1.2.  Dakwah dengan menggunakan metode mauidzoh hasanah
Secara bahasa mauidzoh hasanah terdiri dari dua kata yaitu mauidzoh dan hasanah. Kata mauidzoh berasal dari kata wa’adza ya’idzu wa’dzan yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, sementara hasanah mempunyai arti kebaikan. Secara istilah kata mauidzoh hasanah dapat diartikan sebagai berikut:
a.      Menurut imam Abdullah bin Ahmad An-Nasa’I yang dikutip oleh H. Hasanuddin adalah sebagai berikut: perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-quran.
b.      Menurut Abdul Hamid Al Bilali mauidzoh hasanah merupakan salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.
Mauidzoh hasanah atau nasihat yang baik, maksudnya adalah memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu petunjuk-petunjuk kea rah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat diterima, berkenan dihati, menyentuh perasaan, lurus dipikiran, menghindari sikap kasar, dan tidak mencari atau menyebut kesalahan audience sehingga objek dakwah dengan rela hati dan atas kesadarannya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah. Jadi, dakwah bukan propaganda.
Menurut Ali Mustafa yakub, bahwa mauidzoh hasanah, adalah ucapan yang berisi nasihat-nasihat baik dan bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argument-argumen yang memuaskan sehingga pihak audience dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh objek dakwah.

1.3.  Dakwah dengan menggunakan metode mujadalah
Dari segi etimologi kata mujadalah diambil dari kata jadala yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim dabpat bermakna berdebat. Dari segi istilah al mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.
Mujadalah adalah berdikusi dengan cara yang baik dari cara-cara berdiskusi yang ada. Mujadalah merupakan cara terakhir yang digunakan untuk berdakwah manakala kedua cara terakhir yang digunakan untuk orang-orang yang taraf berpikirnya cukup maju, dan kritis seperti ahli kitab yang memang telah memiliki akal ke agamaan dari para utusan sebelumnya. Oleh karena itu, Al quran juga telh memberikan perhatian khusus kepada ahli kitab, yaitu melarang berdebat dengan mereka kecuali dengan cara terbaik. Seperti dalam Firman Allah surat Al-Ankabut ayat 46 yang artinya dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab (yahudi dan nasroni) melainkan dengan cara yang lebih baik. Kecuali dengan orangorang zhalim diantara mereka.
Dari ayat tersebut, kaum muslimin (terutama juru dakwah) dianjurkan agar berdebat dengan ahli kitab cara yang baik, sopan santun dan lemah lembut kecuali jika mereka telah memperlihatkan keangkuhan dan kezaliman yang keluar dari bats kewajaran.
2.      Metode dakwah menurut para ahli
Apabila ditinjau dari sudut pandang yang lain, metode dakwah dapat dilakukan pada berbagai metode yang lazim dilakukan dalam pelaksanaan dakwah.. metode-metode tersebut adalah sebagi berikut:
a.      Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian, dan penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan menggunakan lisan.
Metode ceramah merupakan suatu teknik dakwah yang banyak diwarnai oleh cirri-ciri karakteristik bicara oleh seorang da’I pada suatu aktivitas dakwah. Metode ini harus diimbangi dengan kepandaian khusus tentang retorika, diskusi, dan factor-faktor lain yang membuat pendengar merasa simpatik dengan ceramahnya. Metode ceramah ini, sebagai metode dakwah bil lisan, dapat berkembang menjad metode Tanya jawab dan diskusi.
b.      Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawaba adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan Tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai materi dakwah, disamping itu, juga untuk merangsang perhatian penerima dakwah.
Metode Tanya jawab sebagai suatu cara menyajikan dakwah harus digunakan bersama-sama dengan metode lainnya, seperti metode ceramah. Metode Tanya jawab ini sifatnya membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah.
c.       Metode diskusi
Dakwah dengan menggunakan metode diskusi dapat memberikan peluang peserta diskusi untuk ikut member sumbangan pemikiran terhadap suatu masalah dalam materi dakwah. Melalui metode diskusi da’I dapat mengembangkan kualitas mental dan pengetahuan agama para peserta dan dapat memperluas pandangan tentang materi dakwah yang didiskusikan. Dakwah dengan menggunakan metode diskusi ini dapat menjadikan peserta terlatih menggunakan pendapat secara tepat dan benar tentang materi dakwah yang didiskusikan, dan mereka akan terlatih berpikir secara kreatif dan logis (analisis) dan objektif.

d.      Metode propaganda (di’ayah)
Metode propaganda adalah suatu upaya untuk menyiarkan islam dengan cara mempengaruhi dan membujuk massa secara missal, persuasive, dan bersifat otoritatif (paksaan). Propaganda dapat digunakan sebagai salah satu metode dakwah. Metode ini dapat digunakan untuk menarik perhatian dan simpatik seseorang. Pelaksanaan dakwah dengan metode propaganda dapat digunakan melalui berbagai macam media, baik auditif, visual maupun audio visual. Kegiatannya dapat disalurkan melalui pengajian akbar, pertunjukan seni hiburan, pamplet dan lain-lain.

e.      Metode keteladanan
Dakwah dengan menggunakan metode keteladanan atau demonstrasi berarti suatu cara penyajian dakwah dengan memerikan keteladanan langsung sehingga mad’u akan tertarik untuk mengikuti kepada apa yang dicontohkannya. Metode dengan cara ini dapat dipergunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan akhlak, cara bergaul, cara beribadah, berumah tangga, dan segala aspek kehidupan manusia. Nabi sendiri dalam perikehidupannya merupakan teladan bagi setiap manusia.

f.        Metode drama
Dakwah dengan menggunakan metode drama adalah suatu cara menjajakan materi dakwah dengan mempertunjukkan dan mempertontonkan kepada mad’u agar dakwah dapat tercapai sesuai yang ditargetkan. Dalam metode ini, materi dakwah disuguhkan dalam bentuk drama yang dimainkan oleh para seniman. Drama tersebut sebagai salah satu metode dakwah sekaligus merupakan teatr dakwah. Dakwah dengan menggunakan metode drama ini terkenal sebagai pertunjukkan khusus untuk kepentingan dakwah.

g.      Metode silaturrahim (home visit)
Dakwah dengan menggunakan metode home visit atau silaturrahim, yaitu dakwah yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan kepada suatu objek tertentu dalam rangka menyampaikan isi dakwah kepada penerima dakwah. Dakwah dengan menggunakan metode silaturrahim dapat dilakukan melalui silaturrahim, menengok orang sakit, ta’ziyah dan lain-lain. Dengan cara seperti ini, manfaatnya cukup besar dalam rangka mencapai tujuan dakwah

Metode home visit dimaksudkan agar da’I dapat memahami dan membantu meringankan beban moral yang menekan jiwa mad’u dengan metode ini, da’I akan mengetahui secara dekat kondisi mad’unya dan dapat pula membantu mengatasi kesulitankesulitan yang dihadapi mad’u. metode ini banyak manfaatnya, disamping untuk mempererat persahabatan dan persaudaraan juga dapat dipergunakan oleh da’I itu sendiri untuk mengetahui kondisi masyarakat disuatu daerah yang dia kunjungi.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar